Etiquetas

Kebenaran Relatif atau Analogi Sesat ?
10:45 PM | Author: Mr.Xu

 

Selama kita masih berstatus makhluk, maka kita akan selalu bergelimang dengan kebenaran dan kesalahan meskipun keduanya hanyalah bersifat relatif. Semua yang hakiki dan mutlak hanya milik Sang Maha Pencipta.

Secara naluriah, manusia selalu akan mencari kebenaran. Sebagai sebuah proses, pencarian kita akan kebenaran tidak serta merta langsung mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi setahap demi setahap, dari kebenaran relatif satu ke kebenaran relatif yang lain dan pada akhirnya pada suatu saat kita akan mendapatkan kebenaran yang sempurna, yaitu kebenaran ilahi yang hakiki. Lalu mengapa kebenaran-kebenaran relatif itu ada ? Kebenaran relatif adalah kebenaran yang masih mengandung prasyarat konteks atau situasi. Pada suatu konteks tertentu kebenaran bisa menjadi salah, demikian pula sebaliknya  pada saat yang lain kesalahanpun bisa dibenarkan.

Karena konteks relatifitas ini pulalah, maka ilmu selalu dapat berkembang, pengatehauan manusia terus mengalami perubahan. Karena pada dasarnya terjadinya perubahan adalah karena adanya perbedaan relatif suatu kondisi dengan situasi yang lain.

Keterbatasan manusia pulalah yang mengakibatkan seseorang sering beranalogi untuk mencari kebenaran. Meskipun cara ini cukup ampuh untuk memahami suatu permasalahan, tetapi sering kali pula analogi yang dikembangkan justru menjerumuskan kita kepada pembenaran yang sebenarnya tidak berdasar.

Aku teringat pada suatu kejadian beberapa waktu yang lalu. Seorang teman mem-forward-kan melalui e-mail sebuah artikel yang dia dapat dari Internet. Isinya kurang lebih begini :

 

“ Gue gak nyangka kalo 2 + 2 = 5 itu bisa dibuktiin secara matematis! Selama ini elo setuju kan kalo 2 + 2 itu sama dengan 4? Gue akhirnya nemuin rumus pembuktian untuk hal itu! Percaya gak lo…? Baca aja pelan-pelan dan jangan lupa corat-coret di kertas kalo elo emang penasaran!!

  1. Pertama-tama
    Pikirkan angka a. Angka apa aja.
  1. Sekarang bikin angka b.
  1. Angka a harus sama dengan b. Catet tuh: a = b
  1. a*a = b*a. Ya kan? Angkanya sama loh.
  1. Karena angka itu sama di kedua sisi, boleh kan gue kasih sesuatu?
    Nih, a*a - b*b = b*a - b*b. Perhatikan - b*b yang sama di kedua sisi.
  1. Kalo difaktorkan, persamaan kita menjadi (a+b)*(a-b) = b(a-b).
  1. Dari persamaan tersebut, kita bisa “mencoret” angka yang sama, yaitu (a-b), sehingga persamaannya menjadi: (a+b)*(a-b) = b(a-b).
  1. Setelah dicoret, hasilnya menjadi (a+b) = b
  1. Sekali lagi, jika gue kasih angka yang sama di kedua sisi, sama aja kan? Nih dia, (a+b) +3 = b + 3
  1. Sekarang misalnya kita menganggap kalo a = 1. Catet dulu tuh.
  1. Karena a = b , maka b = 1 juga kan?
  1. Masukkan angka itu ke persamaan no 9 –> (1+1) +3 = 1 + 3
  1. 5 = 4

NAH LO!! 5 = 4 !!?

BERARTI 2 + 2 = 4. KARENA 4 = 5 , MAKA TERBUKTILAH BAHWA 2 + 2 = 5 !!

…masih gak percaya? Berikan komentarmu! “

 

Secara logika, pembahasannya bisa diterima secara nalar. Tetapi apakah itu benar ?

Secara serta merta, dengan membaca secara berlahan seperti yang disarankan temanku itu, akupun mendapatkan sebuah gambaran. Apalagi aku merasa tertantang untuk sekedar memberikan komentar. Maka akupun membalas e-mail temanku itu dengan komentarku sebagai berikut:

 

“ Ha..ha.. ini adalah sebuah analogi akal-akalan..karena :

1. Karena a = b , maka (a-b) = 0

2. Memfaktorkan bilangan dengan angka 0 adalah sia-sia, karena semua bilangan dikalikan 0 adalah 0,  10 * 0 = 3 * 0 = 0

3. a * 0 = b * 0=0, jadi  2 + 2 bisa saja tidak hanya sama dengan 5, tetapi bis juga 7, 16, berapapun yang kita suka, jika faktornya pengalinya adalah nol .

Begitulah..komentarku... “

 

Uraian temanku mengenai pembuktian bahwa 2 + 2 = 5 memang secara konteks formula adalah benar. Tetapi saat formula itu kita aplikasikan dengan angka pembenaran itu kembali menjadi mentah. Inilah salah satu contoh kebenaran relatif. Pada kasus ini, cara temanku tersebut menganalogikan pembuktian kebenarannya itu menggunakan notasi-notasi matematika seolah-olah benar. Tetapi inilah Analogi Sesat, kenapa sesat? karena analogi ini menjerumuskan pembacanya untuk membenarkan suatu kaidah yang sebenarnya adalah salah.

Analogi ini seperti halnya seperti menyamakan hewan dengan manusia. Jika kita menganggap bahwa kemusnahan itu adalah angka nol, maka hewan yang dimusnahkan akan menjadi musnah, dan manusia yang dimusnahkan juga akan menjadi musnah. Jadi semua keberadaan (bilangan >0) dimusnahkan (dikalikan dengan ‘0’) maka hasilnya adalah tidak ada (‘0’). Tetapi analogi ini tidak serta merta membetulkan bahwa HEWAN = MANUSIA, hanya karena HEWAN dan MANUSIA sama-sama bisa dimusnahkan.

Tetapi teruslah beranalogi, karena apapun hasilnya, jika kita mau terus-menerus mengujinya, kita akan mampu memahami alam semsta menjadi lebih mudah.

This entry was posted on 10:45 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments:

My Blog List

  • Laughing before it’s illegal - [image: laugh]Don’t be afraid to laugh. Laugh not make you look like a fool or make your authority will go down if you have appropriate reasons. But you ...
    15 years ago
  • TRiMaKaSiH CiNTa - *Dan bila aku berdiri* *Tegar sampai hari ini* *Bukan karena kuat dan hebatku* *Semua karena cinta* *Semua karena cinta* *Tak mampu diriku* *dapat berdiri t...
    15 years ago