Etiquetas

MIMPI dan MISTERI
6:21 PM | Author: Mr.Xu

Kulihat berkas cahaya di ujung lorong itu, cahaya yang mungkin akan membawaku menuju pintu keluar. Di sekitarku yang ada hanya hitam yang pekat, hanya noktah cahaya di kejauhan itu saja yang masih mampu aku jadikan pedoman. Aku bentangkan tanganku sambil meraba-raba dinding basah yang licin dan lembab, kuseret kakiku melangkah perlahan, sesekali aku menginjak bebatuan yang tajam, aku merintih tertatih-tatih. Semakin aku dekati semburat cahaya itu, mulai jelas jalan yang aku pijak, 

genangan air sebatas mata kaki menggenang hingga batas pandangan. Dinding-dinding yang semenjak tadi aku gerayangi, kini mulai tampak berlumut dan berlubang-lubang. Aku kuatkan tekad untuk melangkahkan kaki lebih cepat, tiba-tiba lorong yang tadinya sempit, kini mulai bercabang. Aku mulai bimbang, jalan mana yang harus aku pilih, tetap luruskah atau harus berbelok. Keduanya nampak hampir serupa, tetapi jalan berbelok terlihat sedikit lebih terang.

Aku putuskan untuk melangkah mengikuti jalan 

yang bercabang, aku fikir jika jalan yang lebih terang pastilah jalan yang lebih dekat menuju pintu keluar. Tetapi semakin jauh melangkah cabangnya semakin bertambah, aku tidak mau mengambil resiko mengulangi untuk mengambil jalan yang bercabang. Semakin lama berkas cahaya semakin redup kembali, dan ternyata aku kembali ke titik semula, tempat dimana aku pertama kali melihat berkas cahaya. Berkali-kali aku mencoba, selalu sampai ke tempat yang sama. Aku mulai panik, lututku gemetar, aku terpuruk karena lelah. Aku pejamkan mata sambil berdoa, "Ya Tuhanku, berikan aku petunjukMu, tunjukkan aku pelitaMu, hanya Engkaulah yang mampu menolongku".

Nafasku mulai tersengal-sengal, detak jantungku mulai tak beraturan. Badanku lemas terkulai, dan lututku terasa mulai menyentuh lantai yang basah, aku limbung, badanku mulai terbaring seolah tak bertulang. Aku tetap memejamkan mata, hanya gelap yang pekat yang aku rasakan. Tiba-tiba aku merasakan suatu perubahan terjadi, aku tidak merasakan lagi dinginnya lantai yang basah. Aku buka mataku perlahan-lahan, aku merasakan "De Javu" , seakan aku berada dalam ruangan yang pernah aku kenal sebelumnya. Kupalingkan mukaku ke kiri dan kanan, ternyata aku tidak lagi sendiri, ada istri dan kedua anakku di sisiku. Nafasku tetap memburu, bulir-bulir keringat dingin yang pekat terasa bercucuran. Ternyata aku hanya bermimpi, mimpi buruk yang penuh misteri. "Ya Tuhanku, hikmah apakah yang gerangan hendak Engkau sampaikan ?".

Aku bangkit dari tempat tidurku, aku begitu takut untuk tertidur lagi, aku takut jika aku nanti tertidur, aku akan menemukan mimpi yang serupa, mimpi yang menakutkan dan sangat melelahkan. Aku mencoba berwudlu dan melakukan Sholat Sunat dua roka'at. Aku bersimpuh, berdoa sejadi-jadinya dan memohon ampun atas semua kesalahan-kesalahan yang telah aku perbuat. Dalam sujudku, tiba-tiba saja terlintas dalam benakku berbaris-baris kalimat. Aku berdiri dan melipat sajadahku, berjalan ke arah meja, dan mengambil sebuah buku catatan dari laci mejaku. Aku membolak-balik buku itu untuk mencari halaman yang masih kosong, lalu aku membuat beberapa catatan :

    • Ya Tuhanku, jika saja aku mau lebih mendekat kepadaMu, dan mau menjadikan cahayaMu sebagai petunjuk hidupku, maka Engkau pasti akan memperjelas semua langkah-langkahku.
    • Ya Tuhanku, Engkau telah memberi aku kebebasan untuk memilih jalan hidupku, maka tunjukkanlah aku yang benar adalah benar sehingga aku dapat melakukannya, dan tunjukkanlah kepadaku bahwa yang salah adalah salah sehingga aku mampu menghindarinya. Hanya Engkaulah Tuhanku yang mampu membimbingku untuk tidak memilih jalan yang Engkau murkai, meskipun nampaknya jalan itu terlihat lebih indah dan menyenangkan.
    • Ya Tuhanku, berikanlah kepada mata hatiku seluruh pencerahanMu, sehingga aku tidak melakukan kesalahan yang sama secara berulang-ulang. Karena hanya Engkaulah yang menggenggam semua jalan keluar.

Aku mulai sedikit tenang, hembus nafasku sudah tidak lagi memburu, detak jantungku sudah tidak lagi berpacu. Aku pejamkan mata dan menghirup udara dalam-dalam, mensyukuri nikmatmu itu, lalu aku hembuskan perlahan. Aku kembali berbaring dan kembali berdoa dalam hati, "Ya Tuhanku dengan menyebut namaMu, aku serahkan hidup dan matiku hanya kepadaMu Robbi dari semesta alam".

This entry was posted on 6:21 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments:

My Blog List

  • Laughing before it’s illegal - [image: laugh]Don’t be afraid to laugh. Laugh not make you look like a fool or make your authority will go down if you have appropriate reasons. But you ...
    15 years ago
  • TRiMaKaSiH CiNTa - *Dan bila aku berdiri* *Tegar sampai hari ini* *Bukan karena kuat dan hebatku* *Semua karena cinta* *Semua karena cinta* *Tak mampu diriku* *dapat berdiri t...
    15 years ago