Etiquetas

A Ling and The Backbone
11:19 PM | Author: Mr.Xu

A Ling adalah nama kiasan yang aku anugrahkan kepada seorang gadis cantik teman kerjaku. Nama itu terinspirasi dari sebuah novel karangan seorang pujangga fenomenal abad ini, Andrea Hirata. Sebuah kisah cinta yang mampu mengubah mimpi-mimpi yang hampir mustahil menjadi sebuah kenyataan.  Nama oriental ini adalah sebuah nama tokoh pelakon cinta bersama sang tokoh utama. Sebuah kisah cinta berenergi magic yang diawali dari ketertarikan pelaku utama pada aura eksotik sederetan kuku-kuku jemari seorang wanita. Sebuah ketertarikan yang sangat sederhana tetapi bernuansa romantisme yang sangat luar biasa. Ketertarikan pada A Ling adalah ketertarikan yang murni dan bukannya ketertarikan palsu yang berasal dari simbol-simbol sensual seorang wanita, seperti kebanyakan kisah cinta pada umumnya. 

Seperti skala gilanya Andrea Hirata, penyakit ketertarikanku kepada rekan kerja mungkin sudah merupakan penyakit gila yang ke lima puluh atau mungkin lebih, atau singkat kata, penyakitku ini sudah merupakan penyakit gila akut. Bahkan sangkin gilanya, istriku tercinta yang saat ini setia mendampingiku pun merupakan hasil dari kegilaanku itu. Kali ini kegilaanku kambuh kembali, sehingga mampu melahirkan sosok A Ling baru. Sosok A Ling yang membawa energi magic baru, energi yang mampu mengubahku menjadi seorang pujangga karbitan, atau bahkan seorang filosof kambuhan.

Kisah ini mungkin tidak semurni cinta Ikal-nya Andrea Hirata kepada A Ling, tetapi ending-nya sama, kisah cinta yang tidak mungkin bersatu. Jika persekutuan Ikal-A Ling gagal karena isyarat diamnya ayah ikal yang bermakna "tidak!", maka kisah aku dan A Ling tidak mungkin bersatu karena aku sudah didampingi oleh permaisuriku, ibu dari kedua pangeran kecilku, sedangkan A Ling sudah memiliki Arjunanya sendiri. Atau mungkin lebih tepatnya lagi, kisah ini sebenarnya bukan sebuah kisah cinta, tetapi hanya sebuah kisah kekaguman biasa seorang pria kepada lawan jenisnya.

Awalnya aku mengenal A Ling pada saat dia masih bersetatus karyawan "Training". Entahlah ini merupakan suatu awal keberuntunganku, atau justru dimulainya malapetaka itu. Tiba-tiba saja, dia ditempatkan diruanganku untuk membantu Tim Bagianku menyelesaikan sebuah proyek. Rupanya Tuhan mencoba mengujiku dengan menempatkan sesosok makhluk indah tepat di sebelahku. Konsentrasiku sedikit terganggu, tetapi beban kesulitan yang harus aku hadapi dalam mengerjakan tugas pada proyek itu, sedikit mampu menepiskan terjangan godaan itu. Sesekali aku melirik sosok indah itu, "Ya Tuhan ampunilah aku,. manis sekali lesung pipit itu...". Sebagai karyawan Senior aku mencoba berbasa-basi.. tetapi terasa aneh, udara yang keluar dari pita suaraku seolah bergetar-getar tak beraturan, menghasilkan bunyi-bunyian yang seakan sarat dengan hasrat. Bak seorang penampil, aku demam panggung, serba canggung, membangkitkan suasana yang hambar laksana sayur tanpa garam. Aku mengutuki diriku sendiri, dan berusaha mengalihkan perhatianku kembali ke tugasku.

Aku bukanlah golongan pria yang mempunyai "Hidden Face", apa yang terpancar dari raut mukaku, itulah apa yang tersirat di dalam hatiku, bahkan tidak perlu bergelar sarjana psikologi  untuk dapat dengan mudah membaca suasana hatiku dari raut wajah. Tetapi aku mungkin akan disebut orang yang paling munafik kalau tidak mengagumi sosok A Ling-ku ini. Bagaimana tidak, sosoknya boleh dibilang hampir sempurna. Paras muka yang putih bersih dihiasi oleh sepasang lesung pipit pada kedua pipinya, hidungnya bak buah jambu air meranum, termasuk indah untuk ukuran wanita Indonesia. Suaranya merdu, manja merayu. Postur tubuhnya meskipun pada beberapa bagian termasuk extraordinary tetapi tetap saja mampu membentuk keindahan yang sangat mempesona. Suatu hal yang paling mengesankan dari A Ling adalah punggungnya ("The backbone": mengambil inspirasi dari sebuah nama grup band yang sedang digandrungi banyak gadis saat ini). Punggungnya adalah sebuah instrumen magic yang mampu menggetarkan hatiku saat aku memandangnya.

Kini, A Ling sudah kembali ke ruangan kerjanya sendiri sebuah ruangan besar yang dipenuhi deretan meja kerja menghadap ke arah jendela. Sebuah meja kerja besar dan mewah tepat berada di sisi pintu masuk ruangan, meja tempat Sang Taipan duduk menandatangani semua dokumen keuangan dan tagihan. Setiap aku memasuki ruangan itu, hatiku selalu bergetar, getaran yang ditimbulkan tidak hanya dari daya keramat meja Sang Taipan, tetapi juga getaran yang muncul dari pancaran aura magic punggung A Ling. Setiap aku memasuki ruangan itu, pandanganku seakan sebuah radar yang telah mengunci sebuah sasaran, suatu koordinat lokasi dimana sumber getaran magic berasal. Ini mungkin bentuk kegilaanku yang lain, kegilaan nomor lima puluh satu, dimana aku begitu terkesan dan merasa terobati dahaga rinduku hanya dengan memandangi punggung A Ling itu. Punggung A Ling-ku benar-benar memiliki daya magic yang setara dengan kuku-kuku jemari A Ling-nya Ikal.

Entahlah, mengapa punggung A Ling terasa begitu sakti mandraguna, apakah karena secara ilmiah, Punggung atau The BackBone dengan Sumsum Tulang belakangnya berfungsi semacam kabel serat optik dimana ribuan bahkan jutaan sinyal dari berbagai penjuru tubuh disalurkan ke Pusat Super Micro Computer (Otak). Sinyal-sinyal inilah yang mungkin mampu memancarkan Aura Induksi ke segala arah...Pancaran Aura  yang seolah olah mampu memberikan punggung A Ling suatu daya yang meluap-luap untuk memiliki kekuatan imajinasi dari efek-efek sensualitas...

Melihat punggung A Ling menjadikan aku terobsesi untuk menyusun pola-pola imajinasiku yang paling liar. Begitu luas ruang imajinasi yang ditawarkan dari punggung A Ling, seolah-olah aku mampu menangkap bentuk keindahan A ling secara utuh hanya dari punggungnya itu.

Mungkin A Ling sudah mulai merasa ada sebuah tatapan bergairah yang menusuk-nusuk masuk ke sumsum tulangnya dari seorang pengagum rahasia. A Ling berusaha meraih kendalinya,..bagaikan penguasa yang gila dengan kekuasaannya dia mulai mempermainkan lekuk punggungnya perlahan melenggok menari-nari bak ular kobra India mendengar gubahan dan aransemen ciptaan pawangnya. Aku semakin terobsesi...Aku merasa setiap perubahan koordinat dari lekuk-lekuk punggungnya merupakan kombinasi dari matrik-matrik dan vektor-vektor dengan kombanasi angka-angka yang aku sendiri kadang-kadang pusing untuk memahaminya... namun secara insting setiap kombinasi dari angka-angka itu membawa aku kepada nuansa prediktif yang berupa-rupa liarnya tetapi masih dalam satu ikatan simponi yang indah. Aku merasa teduh sekaligus penasaran, penuh keinginan, penuh gairah yang berkobar-kobar.... benar-benar sebuah obsesi yang tidak pernah akan merasa letih.

Punggung A Ling selalu saja mampu menuntunku menemukan mimpi-mimpi baru. Mimpi yang seumpama rangkaian reaksi fusi bijih-bijih urainium yang saling saut-menyaut semakin besar, semakin kuat, semakin tak terkendali hingga kekuatannya seolah mampu meluluh-lantakkan kota Hirosima. Begitulah kedahsyatan energi cinta , penuh misteri .....

Dedicate to A Ling The Untouchable Love...

This entry was posted on 11:19 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 comments:

On 1/20/2009 11:14:00 PM , Mr.Xu said...

Thanks for fira, thanks for ur suggestion. But I've not realy seen like what you think.

 

My Blog List

  • Laughing before it’s illegal - [image: laugh]Don’t be afraid to laugh. Laugh not make you look like a fool or make your authority will go down if you have appropriate reasons. But you ...
    15 years ago
  • TRiMaKaSiH CiNTa - *Dan bila aku berdiri* *Tegar sampai hari ini* *Bukan karena kuat dan hebatku* *Semua karena cinta* *Semua karena cinta* *Tak mampu diriku* *dapat berdiri t...
    15 years ago