Baru kemarin aku di sini,
hijaunya sudah tidak ada lagi,
kemudian bagaimana aku bisa melihat embun ?
lalu burung, ular, tupai, kemana kini mereka pergi?
dimana air langit nanti akan bersembunyi ?
Kemarin.. aku tepat disini,
bertelanjang kaki , menikmati tajamnya duri-duri ilalang, sakit nya menggelitik, tapi aku masih berani.
Tapi sekarang,
hanya beton panas yang yang terhampar luas, alam berjajarnya mesin-mesin pemakan bensin.
Kemarin di sini, seperti hari ini,
aku berteduh menikmati mimpi,
tapi itu semua hanya sejarah,
aku hanya melihat rumpun-rumpun bambu menjelma menjadi pintu-pintu kaca yang bisa bergerak sendiri,
nyiur melambai batang-batang kelapa kini berubah menjadi pilar-pilar angkuh yang menantang dunia,
Kemarin hijau itu akan aku ingat..
Besok akan sama saja dengan hari ini,
tidak ada lagi bisikan ular yang mendesah,
akan sia-sia mengharapkan burung berceloteh riang menyambut pagi,
apalagi tingkah polah tupai yang menghibur sanubari.
Lalu mau bagaimana lagi ?
Lihat saja.., mereka sudi berbaris panjang, hanya untuk menikmati fatamorgana.
Kita dirugikan, tetapi kita senang.
Mereka memberi makan ego-ego dengan sesuatu yang memabukkan.
kami terbuai dengan kekinian yang hanya sebentar.. lupa bahwa hari esok masih jauh lebih panjang.
Kemarin, di titik ini. Sekarang sudah tidak sama lagi.
0 comments: