Etiquetas

MAHA BESAR
5:13 PM | Author: Mr.Xu

 

Allahu Akbar – Allah Maha Besar. Memahami Kebesaran Allah bisa dimulai dengan memahami pengertian dari kata “Besar” dan kata “Kecil”.  Besar dan Kecil hanyalah untuk menggambarkan suatu ukuran, dan sifatnya pun masih bersifat kualitatif. Dan selama itu disebut kualitatif, maka ukuran itu masih bersifat relatif. Pengukuran itu sendiri pada hakekatnya adalah “membandingkan”. Sesuatu disebut “besar” karena ada yang disebut lebih “kecil”, sesuatu disebut “kaya” karena ada yang disebut lebih “miskin”, sesuatu disebut “pandai” karena ada yang disebut “pandir”, ada sesuatu yang “benar” karena ada sesuatu yang disebut “salah”, dan seterusnya.

Selama kita masih disebut makhluk, maka kita tidak akan terlepas dari dunia yang bersifat “relatif”. Kita tidak mempunyai hak terhadap sesuatu yang disebut “mutlak”. Mutlak, kepastian, dan keabadian hanyalah milik “Sang Kholik” dan hanya hak dari Sang Pencipta Makhluk. Sedangkan manusia sebagai “Abdul Kholik” (hamba Sang Pencipta) hanya berhak atas “Kenisbian” dan hanya berhak atas segala sesuatu yang bersifat relatif.

Hanya atas “Rakhman”-Nyalah, manusia diberi “akal” agar bisa mengetahui segala Kebesaran Allah sehingga mampu memahami tugas pokoknya sebagai mahluk, yaitu hanya untuk “beribadah” kepadaNya dan selalu bersabar mengharap “Kerelaan”-Nya.

Agar “akal” kita bisa lebih terbuka di dalam memahami Kebesaran Allah, ada baiknya saya akan mencoba mengutip apa yang dituliskan oleh Abu Sungkan dalam ebook-nya yang bertajuk “Shalat Khusuk itu Mudah”. Beliau begitu sangat indah mengilustrasikan bagaimana kita sebenarnya begitu sangat kecil bahkan mungkin bisa dianggap tidak ada jika dibandingkan dengan kebesaran Allah.

Andaikan bumi ini sebesar buah jeruk, maka manusia tak lebih besar dari debu-debu halus atau sel kulit. Kita naikkan skala perbandingannya. Jika matahari sebesar jeruk, maka bumi kira-kira hanya sebesar butiran nasi. Manusia, mungkin tak lebih besar dari molekul yang membentuk kulit jeruk. Kita naikkan lagi skala perbandingannya. Jika galaksi Bima Sakti memiliki diameter sebesar jeruk, maka matahari hanyalah sebesar debu. Bumi mungkin sebesar sel-sel kulit jeruk. Manusia hanyalah seperti elektron-elektron. Kita naikkan lagi skala perbandingannya lebih jauh lagi. Jika alam semesta ini yang kita kenal sekarang ini sebesar ruang keluarga Anda, maka galaksi hanya sebesar debu atau pasir. Matahari hanyalah seperti bakteri atau virus yang berterbangan di udara. Bumi mungkin hanyalah sebesar atom oksigen. Manusia? Masihkah manusia bisa disebut sebagai ada? Kita tidak ada apa-apanya di alam semesta ini, sementara Allah Sang Pencipta lebih besar dari alam semesta itu sendiri”.

Maka jika kita mau menyadari, kita seharusnya malu jika kita masih berjubah kesombongan dalam keseharian kita. Karena sebenarnya keberadaan kita hanyalah keberadaan relatif semata.

 

edisi: “Mencari Cahaya Ilahi”

This entry was posted on 5:13 PM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments:

My Blog List

  • Laughing before it’s illegal - [image: laugh]Don’t be afraid to laugh. Laugh not make you look like a fool or make your authority will go down if you have appropriate reasons. But you ...
    15 years ago
  • TRiMaKaSiH CiNTa - *Dan bila aku berdiri* *Tegar sampai hari ini* *Bukan karena kuat dan hebatku* *Semua karena cinta* *Semua karena cinta* *Tak mampu diriku* *dapat berdiri t...
    15 years ago